Pembelajaran Bauran atau dalam Bahasa Inggris dikenal dengan istilah Blended Learning, adalah model pembelajaran yang mengintegrasikan pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran daring. Blended learning adalah kemudahan pembelajaran yang menggabungkan berbagai cara penyampaian, model pengajaran, dan gaya pembelajaran, memperkenalkan berbagai pilihan media dialog antara mahasiswa dengan mahasiswa. Menurut Semler (2005) Pembelajaran Bauran mengkombinasikan pembelajaran tatap muka terstruktur dengan aspek terbaik dari pembelajaran daring. Kelebihan dari pembelajaran daring adalah penyediaan modul pembelajaran mandiri yang dapat diakses kapan saja dan darimana saja tetapi memilliki kelemahan dalam hal interaktifitas dan kolaborasi antar pembelajar. Kelemahan dari pembelajaran daring ini diatasi dengan mengkombinasikan dalam bentuk pembelajaran tatap muka secara sinkron, baik daring maupun luring untuk memberikan dampak yang optimal dari proses pembelajaran.
Secara sederhana ilustrasi dari Pembelajaran Bauran ditunjukkan dalam Gambar 6.1 dimana dalam gambar tersibut terlihat bahwa Blended Learning adalah irisan antara pembelajaran daring dengan pembelajaran kelas. Pembelajaran Bauran ini berbeda dengan pembelajaran hybrid, dimana model pembelajaran hybrid adalah kombinasi belajar daring dan luring secara bersamaan dalam satu waktu, sedangkan Blended bersifat saling melengkapi antara luring dan daring, dan bukan dilakukan secara bersamaan.
Gambar 17. Ilustrasi Blended Learning sebagai kombinasi antara Pembelajaran Tatap muka di Kelas dengan Pembelajaran Daring
Mekanisme Pembelajaran Bauran
Mekanisme pembelajaran Bauran di Universitas Brawijaya diatur dalam urutan proses yang mengacu pada 4 tahapan berdasarkan konsep Pedati (Chaeruman, 2019), yaitu: Pelajari, Dalami, Terapkan, dan Evaluasi. Tahapan dalam pembelajaran Bauran Pedati dijelaskan dalam proses sebagai berikut:
A. Pelajari
Dosen telah menyiapkan bahan belajar yang dapat diakses mahasiswa secara daring melalui LMS, baik bahan bacaan berupa buku, modul, atau narasi teks; maupun video ajar yang berupa rekaman ceramah dosen, storytelling ataupun video animasi. Dosen dapat mempersiapkan bahan ajar ini secara bertahap untuk menghasilkan hasil yang optimal. Bahan ajar ini perlu dibagikan pada mahasiswa melalui LMS secara bertahap sesuai pertemuan perkuliahan atau keseluruhan di awal semester. Mahasiswa
harus dapat mengakses materi tersebut di luar jam perkuliahan, dan dapat mengulang mempelajari materi untuk dapat lebih memahami. Untuk dapat menyiapkan bahan belajar daring, ada 3 pendekatan yang dapat diterapkan yaitu:
B. Dalami
Untuk meningkatkan penyerapan pemahaman materi pada mahasiswa, maka setelah mahasiswa diinstruksikan untuk mempelajari bahan ajar yang sudah disediakan, maka perlu ada penugasan yang sifatnya interaksi ataupun diskusi antar mahasiswa. Dosen perlu terlibat untuk memberikan respon yang tepat pada diskusi tersebut atau mengarahkan diskusi. Proses interaksi ini dapat dilakukan secara sinkron maupun asinkron. Pendekatan yang dapat dilakukan pada tahapan ini adalah:
C. Terapkan
Untuk memastikan bahwa mahasiswa paham apa yang telah dipelajari dari bahan ajar yang telah diberikan, maka mahasiswa perlu diberi penugasan yang berfungsi untuk melatih mahasiswa, dan untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa. Pemahaman mahasiswa akan lebih optimal pada situasi pembelajaran secara praktik langsung, sehingga model penugasan berupa proyek atau studi kasus dapat digunakan pada tahap ini. Dosen perlu memeriksa hasil kerja mahasiswa dan memberikan umpan balik atas hasil kerja mahasiswa. Pendekatan yang dapat dilakukan pada tahapan ini adalah:
D. Evaluasi
Pada tahap akhir dari pembelajaran Bauran, dilakukan evaluasi untuk menilai sejauh mana pembelajaran yang dilakukan telah memberikan dampak pada mahasiswa. Dosen perlu mempersiapkan bahan evaluasi atau asesmen baik yang bersifat formatif maupun sumatif. Pendekatan yang dapat dilakukan pada tahapan ini adalah:
Mode pembelajaran Bauran harus difasilitasi dengan Learning Management Systems (LMS) yang dapat saling terintegrasi antara universitas dan fakultas dengan LMS yang difasilitasi oleh Kementerian. Pada tingkat universitas, UB telah membangun Portal LMS BRONE (http://brone.ub.ac.id) sebagai LMS pembelajaran baruan di UB yang dapat dimanfaatkan semua fakultas dan program studi. Fakultas dan departemen perlu mendorong lebih banyak Mata Kuliah (MK) menerapkan pembelajaran bauran dengan menyusun berbagai modul ajar MK yang dapat diakses melalui LMS. Guna menghasilkan pembelajaran yang efektif dan efisien serta dapat memberikan hasil belajar yang optimal maka proses pembelajaran bauran dapat dilakukan dengan memanfaatkan LMS untuk fungsi sebagai berikut:
Modul Ajar Mata Kuliah dapat disusun secara komprehensif pada LMS agar dapat diikuti mahasiswa dengan baik dan menjadi acuan dalam proses perkuliahan semester dari MK tersebut. Guna menghasilkan modul ajar yang optimal, sesuai dengan mode pembelajaran bauran, dan menerapkan konsep flipped classroom serta bersesuaian dengan OBE, maka modul ajar MK pada LMS sebaiknya dosen telah mempersiapkan 4 hal sebagaimana dijelaskan pada Sub Bab 6.3.1 yaitu: RPS, Rencana Penugasan Mahasiswa, Modul Ajar, dan Modul Evaluasi. Adapun keempat hal tersebut kemudian dapat disusun pada Modul MK di LMS dengan berbasis pada format Materi Mingguan atau Modul