This is an old revision of the document!



Universitas Brawijaya (UB) didirikan oleh Presiden Republik Indonesia melalui kawat no. 258/K/61 dikirim pada tanggal 11 Juli 1961. Nama Brawijaya ini diambil dari gelar Raja-Raja Majapahit, sebuah kerajaan besar di Indonesia dari abad ke-12 hingga ke-15. Kemudian, UB berubah status menjadi universitas negeri pada tanggal 5 Januari 1963, menyusul Keputusan Presiden yang dikeluarkan pada awal tahun yang sama.

Saat ini UB merupakan salah satu universitas terkemuka di Indonesia dengan lebih dari 60.000 mahasiswa, dalam berbagai program vokasi, sarjana, magister, doktor, profesi, dan dokter spesialis.

UB memiliki berbagai fasilitas penunjang kegiatan akademik di kampus, seperti perpustakaan, laboratorium seperti LSIH dan LSSR, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM), Lembaga Pengembangan Pendidikan (LP2), Lembaga Penjaminan Mutu (LPM), International Office, Institut Biosains, UB Press, UB Media dan Komunikasi, Lab Terpadu, UB Forest, Agrotechnopark, Pusat Studi dan Layanan Disabilitas.

Terdapat juga berbagai kelompok kegiatan mahasiswa dan fasilitas Unit Kegiatan Mahasiswa, Pertamina Sport Arena, Sport Clubhouse, Samantha Krida Hall, Widyaloka Hall, Lapangan Sepakbola dan fasilitas lainnya di Kampus Dieng.

UB juga menyediakan fasilitas penunjang seperti Armada Bus, Asrama Mahasiswa, Koperasi Karyawan (KPRI), Asrama Mahasiswa Internasional, Bank dan ATM Center, Kantor Pos, Masjid Raden Patah, Fasilitas Pembuatan Kompos, serta ketersediaan Kantin Halal. Sedangkan untuk para alumni, universitas menyediakan Ikatan Alumni, Unit Pengembangan Karir dan Kewirausahaan, Inkubator Bisnis.

Di era modern ini, UB juga menyediakan fasilitas IT dan Komputer, seperti Sistem Informasi Akademik, Sistem Informasi Pendaftaran dan Seleksi Mahasiswa, Sistem Informasi Penerimaan Mahasiswa Baru Online, Portal Informasi Pelayanan Terpadu (GAPURA), Sistem Informasi Akademik Mahasiswa, Sistem Pendukung Keputusan, dengan bandwidth internet yang memadai. UB juga menyediakan fasilitas keselamatan dan kesehatan, seperti Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan, Ambulan, Klinik Kesehatan, Rumah Sakit UB, dan e-konseling.

UB telah memiliki Akreditasi Nasional Grade A yang dikeluarkan oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi, dan LAMPTKES. Selain itu UB juga telah terakreditasi secara internasional oleh berbagai badan akreditasi, seperti Perpustakaan UB yang terakreditasi Peringkat A oleh IATUL, akreditasi oleh The Institute of Food Technologist (IFT) untuk Program Studi Teknologi Hasil Pertanian di Fakultas Teknologi Pertanian. Selanjutnya disusul beberapa program studi yang terakreditasi The Alliance on Business Education and Scholarship for Tomorrow – a 21st Century Organization (ABEST21), ASEAN University Network – Quality Assurance (AUN QA), The Association of Chartered Certified Accountants (ACCA), dan The Indonesian Accreditation Board for Engineering Education (IABEE).

Selain program studi, laboratorium sentral di UB juga telah terakreditasi internasional, yaitu Laboratorium Sentral Ilmu Hayati (LSIH) terakreditasi ISO 17025 sebagai laboratorium uji dan Laboratorium Sentral Sains dan Rekayasa (LSSR) terakreditasi ISO 17025 sebagai laboratorium kalibrasi.

Sejarah


1957-1960: Gemeentelijke Universiteit


Berawal dari Balai Kota Malang, gagasan untuk pembentukan perguruan tinggi itu digulirkan. Atas prakarsa Ketua DPRD, 10 Mei 1957, diadakan pertemuan tokoh-tokoh masyarakat dan pemerintahan kota Malang, membahas rencana pembentukan sebuah Universitas milik Kotapraja (Gemeentelijke Universiteit).

Universitas ini semula berstatus swasta, dengan embrio sejak tahun 1957, yaitu berupa Fakultas Hukum dan Fakultas Ekonomi yang merupakan cabang Universitas Swasta Sawerigading, Makasar. Sebagai langkah awal, didirikan sebuah yayasan bernama Yayasan Perguruan Tinggi Malang (YPTM) dengan akta notaris nomor 48 tahun tertanggal 28 Mei 1957. Yayasan ini kemudian membuka Perguruan Tinggi Hukum dan Pengetahuan Masyarakat (PTHPM), pada 1 Juli 1957. Tercatat sebanyak 104 mahasiswa perguruan tinggi ini, dan menggunakan ruang sidang Balaikota Malang sebagai tempat perkuliahannya.[8][8] Sementara itu, atas inisiatif beberapa tokoh masyarakat yang lain dibentuk pula Yayasan Perguruan Tinggi Ekonomi Malang (YPTEM) dengan akta notaris nomor 26 tertanggal 15 Agustus 1957 yang kemudian mendirikan Perguruan Tinggi Ekonomi Malang (PTEM). Tak jauh berbeda dengan pendahulunya, aktivitas perkuliahan PTEM juga menumpan di Balai Kota Malang.[8] Secara resmi PTHPM diakui sebagai milik Kotaparaja Malang dengan keputusan DPRD,19 Juni 1958. Pada dies natalis ketiga PTHPM, 1 Juli 1960, diumumkan penggunaan nama Universitas Kotapraja Malang bagi perguruan tinggi itu. Selain itu diumumkan pula rencana membuka dua fakultas baru. Rencana itu menjadi kenyataan, 15 September 1960, berdiri Fakultas Administrasi Niaga (FAN). Disusul kemudian oleh Fakultas Pertanian (FP) pada 10 November 1960.

1961-1964: Upaya Penegerian

Pembiayaan menjadi kendala utama penyelenggaraan Universitas Kotapraja Malang. Meskipun diakui sebagai milik Kotapraja Malang, pembiayaan universitas ini sepenuhnya tetap menjadi beban yayasan. Oleh karena itu ditempuh usaha untuk memperoleh status universitas negeri. Sesuai UU nomor 22 tahun 1961 tentang perguruan tinggi, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, baik mengenai jumlah maupun jenis fakultas yang dimiliki. Untuk itu, diupayakan penggabungan dengan perguruan tinggi yang sudah ada di Malang, yakni PTEM dan STKM (Sekolah Tinggi Kedokteran Malang). PTEM sepakat dengan gagasan ini, sementara STKM masih belum dapat menerimanya.

Sebagai langkah menuju penggabungan, Universitas Kotapraja Malang berganti nama menjadi Universitas Brawijaya. Nama ini berasal dari gelar raja-raja Majapahit yang merupakan kerajaan besar di Indonesia pada abad 12 sampai 15. Nama ini diberikan oleh Presiden Republik Indonesia melalui kawat nomor 258/K/61 tanggal 11 Juli 1961, dipilih dari 3 alternatif yang diajukan, yakni Tumapel, Kertanegara, dan Brawijaya. Nama itu secara resmi baru dipakai 3 Oktober 1961, setelah penggabungan Yayasan Perguruan Tinggi Malang (Universitas Kotapraja Malang) dengan Yayasan Perguruan Tinggi Ekonomi Malang (PTEM) menjadi Yayasan Universitas Malang, yang disahkan akta notaris nomor 11 tanggal 12 Oktober 1961.
Presiden (saat ini disebut rektor) Universitas Brawijaya, Dr. Doel Arnowo bersama para perintis universitas lainnya akhirnya mendapatkan kepastian terkait status universitas negeri dalam sebuah pertemuan 7 Juli 1962 yang dicapai melalui kesepakatan antara Menteri PTIP, Pangdam V Brawijaya, Presiden Universitas Airlangga, dan Presiden Universitas Jember.
Dengan keputusan itu, ditetapkan Universitas Brawijaya di Malang terdiri dari Fakultas Ekonomi, Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat, Fakultas Ketatanegaraan dan Ketataniagaan, Fakultas Pertanian, serta Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan. Keputusan itu pula memisahkan Fakultas Pertanian, dan Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan dari Universitas Airlangga dan memasukkannya ke dalam lingkungan Universitas Brawijaya.

1965-1968: Kampus Bergolak

Situasi negara memburuk dengan meletusnya pemberontakan G30S/PKI pada tahun 1965. Seluruh perguruan tinggi bergolak, tidak terkecuali Universitas Brawijaya. Pergolakan mencapai puncaknya 2 April 1966, seluruh aktivitas universitas ini berhenti. Dengan keputusan nomor 012/IV/66, Pangdam V Brawijaya selaku PU Pepelrada (Penguasa Pelaksana Perang Daerah) menetapkan sebuah presidium untuk memimpin Universitas Brawijaya, dan dekan untuk memimpin fakultas-fakultas. Keputusan itu kemudian disahkan Deputi Menteri PTIP dengan Keputusan nomor 4385 tahun 1966. Tugas utama presidium adalah normalisasi keadaan dan menggalang persatuan dan kesatuan di kalangan sivitas akademika. Presidium mulai bekerja 7 April 1966, dan membuka kembali Universitas Brawijaya 12 April 1966. Bulan Juni 1966, Brigjen dr. Eri Soedewo ditugasi pemerintah untuk stabilisasi beberapa perguruan tinggi di Jawa Timur. Jabatannya ialah Koordinator Perguruan Tinggi Swasta Jawa Timur, di samping Pejabat Rektor Universitas Airlangga, Ketua Presidium Universitas Negeri Surabaya, Ketua Presidium Universitas Negeri Malang, sekaligus rektor kedua UB.

1969-1997: Pengembangan Kampus

Pimpinan Universitas Brawijaya bekerja tanpa anggaran selama setahun. Baru kemudian secara berangsur-angsur diperoleh kembali anggaran dari pemerintah. Setelah 3 tahun keadaan menjadi normal, Universitas Brawijaya melangkah memasuki masa pembangungan (Pelita I) pada tahun 1969, dipimpin oleh rektor dari kalangan sendiri, yaitu Prof. Dr. Ir. Moeljadi Banoewidjojo (1969-1973) dari Fakultas Pertanian. Dalam periode selanjutnya, terjadi perubahan nama beberapa fakultas, peningkatan beberapa jurusan menjadi fakultas, pembukaan fakultas dan program-program baru, serta pemisahan program politeknik yang menjadi cikal bakal Polinema. Selain itu banyak pembangunan fasilitas berbagai macam pembangunan fisik.

1998-2005: Perguruan Tinggi Otonom

Pada masa kepemimpinan Rektor Prof Eka Afnan Troena (1998-2002) mulai menerima mahasiswa asing dan dimulainya era jaringan serat optik untuk pengembangan teknologi informasi (TI) di kampus dan pelaksanaan pembelajaran jarak jauh bekerja sama dengan Keio University, Jepang, serta memulai program pemberian beasiswa studi lanjut bagi staf administrasi.[8] Pada tahun 2003, berdasarkan SK Rektor nomor 147/SK/2003 dibentuklah dan mulai disosialisasikan pelaksanaan Tim Evaluasi Diri (Persiapan BHMN-UB) untuk Pengembangan Otonomi dan Akuntabilitas Organisasi Universitas Brawijaya. Otonomi adalah salah satu pilar untuk menghasilkan SDM yang berkualitas berdasarkan hasil studi banding ke Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Institut Teknologi Bandung dan Institut Pertanian Bogor yang telah berstatus perguruan tinggi BHMN (Badan Hukum Milik Negara). Universitas Brawijaya mendapat persetujuan Dirjen Dikti untuk menjadi perguruan tinggi otonom pada tanggal 29 November 2007, walaupun pelaksanaannya harus menunggu pengesahan Undang Undang BHP. Sementara menunggu pengesahan UU-BHPMN (Badan Hukum Pendidikan Milik Negara) oleh DPR, untuk itu telah dibentuk tim penyusun proposal BLU (Badan Layanan Umum) yang diketuai oleh Profesor Sutiman B. Sumitro.

2006-sekarang: Entrepreneurial University

Dalam masa kepemimpinan Rektor Prof. Yogi Sugito, UB diarahkan untuk menjadi entrepreneurial university yang bertaraf internasional, dibuat logo UB, diberlakukan SPP proporsional bagi mahasiswa baru, dibangun gedung pusat bisnis, gedung kuliah yang megah dan modern, monumen tugu UB, serta pembentukan Laboratorium Sentral Ilmu Hayati. Rektor ini sangat memperhatikan keindahan, keamanan, dan kenyamanan kampus.
Pencanangan UB menuju Entrepreneurial University (EU) disaksikan oleh Wakil Presiden Republik Indonesia pada tanggal 2 Juni 2007. Bagi UB, EU merupakan perwujudan Visi dan Misi, untuk menghasilkan lulusan yang mandiri dan berjiwa pelopor. Di dalam pelaksanaannya telah ditempuh rintisan-rintisan berbagai kegiatan dengan bantuan dana hasil kerja sama. Sebagai bagian dari langkah nyata UB menuju EU, maka dilakukan pembenahan organisasi, antara lain pembentukan BUA (Badan Usaha Akademik) maupun BUNA (Badan Usaha Non Akademik) yang menghimpun belasan perusahaan milik Brawijaya. Lembaga ini berfungsi sebagai tempat komersialisasi, pengembangan pendidikan dan latihan kewirausahaan bagi mahasiswa, dosen, pegawai, dan masyarakat, fasilitator pengembangan riset di universitas yang relevan dengan kebutuhan Dudi (Dunia Usaha & Dunia Industri) serta sebagai sumber pendapatan universitas untuk menunjang aktivitas tridharma perguruan tinggi. Hingga saat ini, Universitas Brawijaya masih berstatus sebagai PTN - BLU oleh Kemenristekdikti. Hal ini berdampak positif bagi UB karena tetap menjaga pendidikan yang berkualitas dan berkeadilan bagi mahasiswa.

Lambang, Logo, Moto, dan Maskot


Lambang UB



Lambang UB berbentuk segilima dengan warna dasar hitam, di dalamnya terdapat gambar Raden Wijaya (Prabu Brawijaya) berwarna kuning emas, sebagai penjelmaan Dewa Wisnu yang bertangan empat dengan memegang lampu, sangkhala, gada, dan cakra, mengenakan mahkota Candra Kapala, di samping kiri dan kanan sepasang Dewa Perwara sebagai pengikut Sang Raja, dengan warna dasar biru dan bersinar dari pusat. Makna lambang UB adalah sebagai berikut :

  1. Segilima bermakna Pancasila sebagai falsafah negara;
  2. Raden Wijaya (Prabu Brawijaya) yang memiliki jiwa kepeloporan bermakna kebijakan dan kejayaan serta simbol pemersatu nusantara dan menyejahterakan umat;
  3. Warna biru bersinar bermakna universal;
  4. Mahkota candrakapala bermaknaberani membongkar segala sesuatu yang tidak wajar atau tidak benar;
  5. Gada bermakna penegak hukum;
  6. Senjata cakra bermakna berani menyatakan segala sesuatu yang dianggap kurang wajar atau kurang benar;
  7. Lampu bermakna percaya dan meyakini benar-benar bahwa zat hidup itu ada;
  8. Sangkhala bermakna segala sesuatu dilakukan dengan kesucian yang disertai dengan tugas pemeliharaan atau pembinaan; dan
  9. Sepasang Perwara bermakna sebagai simbol keberlanjutan dan regenerasi.


Logo UB


logoubnew.jpg
Makna logo UB adalah sebagai berikut :

  1. Huruf UB dalam bulatan, bermakna bahwa UB selalu dinamis keberadaannya dalam masyarakat dunia.
  2. Sayap berjumlah tiga buah mengelilingi bulatan dunia menggambarkan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang bertaraf internasional.
  3. Warna emas pada huruf dan gambar bermakna kebijaksanaan dan kejayaan.
  4. Warna biru menggambarkan UB bersifat universal.
  5. Bingkai bujur sangkar bermakna keadilan.


Motto UB


“Building Up Noble Future”
Penulisan motto UB menyiratkan makna “Membangun kemuliaan masa depan”.

Maskot UB


brone-284x360.jpg
Maskot UB bernama BRONE, yang merupakan singkatan dari “Brawijaya Number One”. BRONE memiliki konsep sebagai robot pendamping yang menjadi pemandu informasi. Dia mampu belajar dan terus berkembang. Makna maskot UB adalah sebagai berikut:

  1. Bentuk Robot, bermakna inovasi, juga mewakili wujud yang kuat dan kooh, sehingga mampu mewakili konsep kekuatan daya saing.
  2. Dominasi warna biru, kuning, silver, dan hitam, masing-masing mewakili makna kepercayaan, kebahagiaan, modernisasi, dan elegan.


Visi dan Misi


Visi

“UB mempunyai visi menjadi perguruan tinggi pelopor dan pembaharu dengan reputasi internasional dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama yang menunjangindustri berbasis budaya untuk kesejahteraan masyarakat.”

Misi
  1. Menyelenggarakan pendidikan berstandar internasional yang menghasilkan lulusan yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta memiliki moral dan akhlak yang luhur, mandiri, serta profesional, dan berjiwa kewirausahaan;
  2. Menyelenggarakan penelitian untuk menghasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bermanfaat bagi masyarakat;
  3. Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat untuk meningkatkan peran perguruan tinggi sebagai agen pembaruan, pelopor dan penyebar ilmu pengetahuan dan teknologi, serta sebagai agen pembangunan ekonomi bangsa dengan berdasar pada nilai kearifan lokal yang luhur;
  4. Menyelenggarakan pendidikan tinggi dan mengelola perguruan tinggi yang unggul, berkeadilan, dan berkelanjutan.
Tujuan
  1. Menghasilkan lulusan yang berkemampuan akademik, ‘berjiwa kewirausahaan, profesional, mandiri, beretos kerja, disiplin, berakhlak luhur, berwawasan teknologi mutakhir sehingga mampu bersaing dan unggul di tingkat nasional dan internasional;
  2. Menghasilkan karya inovasi teknologi, seni, sosial, dan budaya yang mampu berperan dalam pembangunan ekonomi bangsa, membangun kemandirian, berdasar nilai luhur budaya serta unggul di tingkat nasional maupun internasional;
  3. Mewujudkan lingkungan pendidikan tinggi yang ramah, berdaya saing unggul, dan berteknologi tinggi sehingga mampu mengembangkan potensi setiap insan Sivitas Akademika; dan
  4. Mewujudkan tata kelola perguruan tinggi yang akuntabel, tepat guna, efisien, mutakhir, dan terintegrasi sehingga mampu bersaing di tingkat nasional dan internasional.
Sasaran

1. Misi 1: “pendidikan berstandar internasional” dengan sasaran:

  1. Terwujudnya program Studi yang berdaya saing dengan kekhasan UB, dan perwujudan konsep Kampus Merdeka;
  2. Terwujudnya proses pembelajaran merdeka yang inovatif dan aplikatif dengan mengimplementasikan teknologi mutakhir.;
  3. Terwujudnya mahasiswa yang berdaya saing; dan
  4. Terwujudnya alumni yang berdaya saing.

2. Misi 2: “agen pembaruan, pelopor dan penyebar ilmu pengetahuan dan teknologi serta sebagai agen pembangunan ekonomi bangsa” dengan sasaran:

  1. Meningkatnya serapan produk hasil penelitian dan pengabdian berbasis kekhasan ke dalam dunia industri dan kelompok masyarakat;
  2. Meningkatnya kualitas hasil penelitian dan pengabdian untuk pengembangan kewirausahaan;
  3. Terwujudnya kerjasama yang ditindaklanjuti dengan kegiatan pengembangan inovasi ekonomi dan sosial budaya; dan
  4. Terwujudnya pengelolaan institusi berbasis perencanaan terintegrasi.

3. Misi 3: ”tata kelola pendidikan tinggi yang unggul, berkeadilan, dan berkelanjutan” dengan sasaran:

  1. Terwujudnya kemampuan sivitas akademika yang mandiri, memiliki otonomi (autonomous) dan mampu mengarahkan dirinya (self-directed);
  2. Tersedianya infrastruktur, sarana dan prasarana pendidikan, penelitian, pengabdian berteknologi mutakhir dan mendukung keberlanjutan pengelolaan dan lingkungan UB;
  3. Tersedianya sistem informasi yang berkualitas dan terintegrasi antara pendidikan, keuangan, pengelolaan aset, kinerja, dsb.;
  4. Terwujudnya sistem pengelolaan keuangan yang terintegrasi dan menjamin transparansi dan akuntabilitas;
  5. Terwujudnya unit usaha yang mandiri dan berdaya saing;
  6. Meningkatnya pendanaan dari pengelolaan Dana Abadi; dan
  7. Tersedianya tata kelola organisasi yang efisien.


Rektor


Berikut ini adalah daftar nama Rektor Universitas Brawijaya sejak berdirinya UB sampai sekarang:

No. Nama Asal Fakultas Masa Jabatan
1. Dr. Doel Arnowo Hukum (FH) 1963 - 1966
2. Brigjen. dr. Eri Soedewo Militer
(Pejabat Sementara)
1966 - 1969
(G30S-PKI)
3. Mayjen. Moejadhi (Pangdam V Brawijaya)
4. Prof. Dr. Ir. Moeljadi Banoewidjojo Pertanian (FP) 1969 - 1973
5. Prof. Darji Darmodiharjo, L.LM. Hukum (FH) 1973 - 1979
6. Prof. Dr. Harsono, M.Ec. Ekonomi & Bisnis (FEB) 1979 - 1987
7. Prof. Dr. Zainal Arifin Achmady, M.P.A. Ilmu Administrasi (FIA) 1987 - 1993
8. Prof. Dr. Ir. Hasyim Baisoeni, M.Eng Teknik (FT) 1994 - 1998
9. Prof. Dr. Eka Afnan Troena, M.B.A. Ilmu Administrasi (FIA) 1998 - 2002
10. Prof. Dr. Ir. Bambang Guritno, M.Agr.Sc. Pertanian (FP) 2002 - 2006
11. Prof. Dr. Ir. Yogi Sugito, M.S. Pertanian (FP) 2006 - 2014
12. Prof. Dr. Ir. Mohammad Bisri, M.S. Teknik (FT) 2014 - 2018
13. Prof. Dr. Ir. Nuhfil Hanani AR, M.S. Pertanian (FP) 2018 - 2022
14. Prof. Widodo, S.Si., M.Si., Ph.D.Med.Sc. MIPA (FMIPA) 2022 - sekarang